Sabtu, 20 September 2014

Mengatasi Rasa Malu dengan Marah atau Berbohong, Baikkah?

Assalamu'alaikum,

Seorang muslim yang baik harus punya rasa malu. Bahkan, bukan muslim saja, manusia juga harus punya rasa malu. Malu dapat mencegah seseorang untuk berbuat dosa. Malu juga dapat
menuntun kita kepada kebaikan. Ini merupakan sikap malu yang baik. Tapi bagaimana jika malu malah menuntun kepada dosa?

Terkadang manusia harus melakukan sesuatu yang benar-benar terpaksa demi sesuatu. Bisa keselamatan, barang, atau seseorang yang disayanginya. Contohnya berbohong. Berbohong merupakan perbuatan dosa. Tetapi ada juga berbohong yang dibolehkan. Misalnya, untuk membela diri. saat kamu sedang berbelanja di sebuah toko swalayan, ada peraturan "tas dan jaket mohon dititipkan di tempat penitipan barang". Kamu segera menitipkan tas dan jaket kamu ke temoat penitipan barang. Saat kamu sedang membayar di kasir, tiba-tiba datang seseorang yang menuduh kamu mencuri barang swalayan. Kamu pun membantah tuduhan itu. Akhirnya, kamu terbukti tidak mengambil barang itu.

 Yang lain, Ada orang yang tidak sengaja menjatuhkan dompetnya. Kamu melihatnya. Tetapi dompet itu sudah diambil oleh orang lain. Tak lama kemudian, orang yang telah mengambil dompet itu lupa menaruh dompetnya dimana. Karena itu dia bertanya kepadamu. Saat kamu ditanya "apakah kamu melihat dompet yang jatuh di jalan?" kamu menjawab "tidak" padahal kamu tahu dimana. Saat orang itu telah pergi, kamu segera mengambil dompet itu dan mengembalikannya. Kamu berbohong tapi untuk kebaikan. Karena kamu tahu, dompet itu bukan haknya.

Tapi, ceritanya lain apabila rasa malu disalahgunakan. Contohnya, ada temanmu yang mengambil roti milikmu. Kamu melihatnya. Lalu, kamu mengadukan temanmu ke gurumu. Saat temanmu ditanya oleh gurumu, "Dina, apakah kamu mengambil roti milik Fira?" Temanmu malah menjawab seperti ini, "Apa?! Saya mencuri, bu? Tidak mungkin! Saya itu anak baik. Si Fira itu yang tukang fitnah dan menuduh." Sebenarnya dia malu karena hampir ketahuan mencuri roti itu. Karena itu, untuk menutupi rasa malunya itu, dia marah-marah dan berbohong. Sekarang pertanyaannya, Apakah sikap seperti itu baik?

Tentu teman-teman berpendapat tidak, bukan? Memang, perbuatan seperti itu tidak baik. Karena mencerminkan pribadi yang tidak bertanggung jawab. Seharusnya, temanmu menjawab seperti ini, "I-i-iya, bu... Maaf. Saya suka sekali roti itu." Dengan begitu, ia telah bertanggung jawab. Bila begitu, kamu seharusnya memaafkannya juga karena dia sudah mengakui kesalahannya. "Iya... Aku maafin... Tapi lain kali izin dulu, sebelum mengambil.". Dengan begitu, pertengkaran dapat dicegah, kan?

Jadi kesimpulannya, pesanku kalian jangan meniru sikap si Dina (teman Fira) yang mencuri dan berbohong juga marah-marah, tapi tirulah sikap Dina yang mengakui kesalahannya. Tirulah juga sikap Fira ynga memaafkan kesalahan Dina. Kalau begitu, Ah... Indahnya persahabatan.......

Wassalamu'alaikum...

By : Faza Mazaya Wijayati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan

1. Kalau mau berkomentar, jangan pakai kata-kata kasar, ya...
2. Boleh chat di kotak komentar, ya...

Tolong komentari blogku, ya... Aku tunggu...

Salam: Aza