Saat itu, hari Senin. Filla dan teman-temannya sedang menuju kantin
sekolah. Memang, saat itu sedang jam
istirahat. Filla duduk bersama teman-temannya di meja nomor lima. Hari ini,
giliran Filla yang mentraktir mereka.
Filla memesan pudding Strawberry dengan
vla Vanila serta Milkshake Vanila. Untuk buah, Filla memesan jeruk. Sinta,
Anggita, dan Funa memesan Jus Lemon serta soto ayam. Kalau Lisa, santai-santai
saja. Pesanannya sangat banyak. Lisa memesan jus melon, es soda gembira, soto
sapi, bakso, dan buah jeruk, melon, semangka serta air putih. Huh, memangnya
Filla uangnya sejuta apa?
Pesanan
mereka ahirnya datang setelah menunggu 15 menit. Mbak Ningsih, pelayan di
kantin yang membawakannya. Mereka makan sambil mengobrol tentang pianika Lila.
Memangnya, apa yang menarik dari pianika?
“Bagaimana
berita tentang pianika Lila?” Tanya Funa.
“Katanya
masih sering misterius.” Jawab Lisa sambil mengunyah bakso.
“Misterius
bagaimana?” tanya Fira.
“Suka
berbunyi sendiri. Aku saja belum tahu benar atau tidak berita ini.” Sahut
Filla.
“Kalau
aku mau tanya Lila. Kalian mau ikut?” tanya Sinta.
“Mau.
Aku penasaran sekali.” Seru Anggita.
“Kalau
begitu, ayo!!!!!!” seru semuanya.
“Eh,
eh. Bayar dulu.” Cegah Mbak Mona, pemilik kantin.
“Eh
iya. Lupa aku. Berapa, Mbak?” tanya Filla.
“Hmmm.
Pudding, Milkshake, jeruk, melon, semangka, bakso, soto, air putih, jus, soda.
Semuanya Rp 79.500,00.”
“Ini
pasti pesananmu, Lisa. Banyak sekali. Dasar tukang makan.” Ledek Sinta.
“Kamu
juga banyak, kok.” Sahut Lisa dengan marah.
“Sudah,
sudah. Ini kan gabungan pesanan kita semua.” Lerai Anggita.
“Iya,
kok. Kan aku bawa uangnya Rp 100.000,00. Cukup. Masih ada kembaliannya, lagi.”
Tambah Filla.
“Masih
ada kembaliannya, ya? Bagaimana kalau kita beli camilan. White Vanilla Jelly.
Sedap, tuh.” Usul Funa.
“Memangnya
masih ada berapa rupiah, La?” tanya Sinta.
“Masih
Rp 20.500,00.” Jawab Filla.
“Berarti,
kalau satu jelly Rp 2.000,00 dikalikan enam jadi Rp 12.000,00. Kembali Rp
7.500,00. Cukup.” Hitung Funa. Funa termasuk anak yang pintar matematika, lho.
Mereka pun membeli jelly White Vanilla Jelly di kantin. Memang banyak jenis
jelly di sini. Di antaranya, Forest Tree Jelly, Yummy Magma, Chocolate First
Jelly, Oval Leaf, Rose Flower, dan lainnya.
Mereka
berjalan menuju kelas untuk bertanya kepada Lila. Sesmpainya di kelas IV,
mereka tiba-tiba dihampiri Lila yang wajahnya panik.
“Ada
apa, Lil?” Tanya Filla.
“Gawat.
Pianikaku di ruang musik berbunyi sendiri.” Jelasnya dengan wajah panik.
Pianika Lila memang mahal harganya. Tuts-nya berlapiskan perak dan emas.
Mungkin hingga jutaan rupiah. Papanya membelikan pianika itu saat ada tugas ke
luar kota. Keluarga Lila memang kaya raya. Pantas saja dia tidak rela pianika
itu dimainkan oleh seorang hantu.
“Kalau
begitu, mari pergi ke ruang musik. Kita lihat apa yang terjadi di sana
sekarang.” Ajak Kila yang tiba-tiba muncul. Tanpa dikomando, semuanya segera menuju
ruang musik.
Sesampainya
disana, mereka melihat pianika itu dimainkan oleh sesosok wanita berambut
panjang dan berbaju putih. Saat wanita itu menoleh ke Filla dan teman-temannya,
mereka melihat wajah wanita itu yang sangat pucat dan menyeramkan. Dia berjalan
menuju Filla dan teman-temannya. Semakin dekat…. Semakin dekat….. semakin
dekat…., dan….
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa!”
“Sedang
apa kalian disini teriak-teriak?!” seru Pak Ilham, penjaga sekolah.
“T-t-tadi
a-a-a-ada h-h-h-hantu…………….!”jawab mereka terbata-bata sambil menunjuk ke sudut
ruangan. Hantu itu sudah pergi!
“Mana?
Disini mana mungkin ada hantu. Imajinasi kalian saja. Sudah, sudah! Keluar!”
kata Pak Ilham galak.
Mereka
segera keluar cepat-cepat. Takut Pak Ilham akan memarahi lagi. Sambil jalan ke
kelas, Lila menggerutu panjang lebar, “Huh …. Padahal tadi bener-bener ada. Pak
Ilham yang tidak percaya.”
“Sudahlah.
Aku tahu siapa dibalik misteri ini. Ayo, ikut aku.” Kata Filla.
Mereka
diajak Filla ke ruang musik lagi. Tentunya, setelah Pak Ilham pergi. Disana
tampak Rika dan Lunna sedang berbincang-bincang sambil tertawa terbahak-bahak.
Di tangan Rika, terdapat pianika milik Lila. Filla dan teman-temannya mengintip
dari balik pintu. Mereka menguping apa pembicaraan mereka.
“Rika,
akhirnya kita mendapatkan pianika antik ini. Ha…ha…ha…” kata Lunna.
“Benar,
Lun. Kita akan memberi pelajaran kepada Lila, si Sombong itu. Ha…ha…ha…” tawa
Rika.
“Kita
akan jadi terkenal di sekolah ini. Sukurin tu, Filla sama yang lain kena marah
Pak Ilham yang super galak. Sama hantu bohongan aja takut. Sampai teriak-teriak
gak jelas gitu.” Kata Lunna.
“Betul
itu.” Sahut Rika. Mereka tertawa sekali lagi.
“Berhenti
kalian! Kalian yang menakut-nakuti Lila tentang pianika itu, ya? Kurang ajar!”
bentak Filla sambil meremas-remas tangannya.
“Dan
satu lagi. Aku tidak sombong. Aku hanya ingin kalian semua dapat memainkan
pianika. Asal setelah itu dibersihkan. Aku sudah menyediakannya untuk umum di
ruang musik ini.” Tambah Lila.
“Kalian
jaga mereka. Aku akan panggil Bu Laina. Bu Laina pasti akan menghukum kalian.”
Perintah Anggita.
Wajah
Rika dan Lunna pucat pasi. Mereka tidak bisa mengelak lagi saat Bu Laina
datang. Pianika itu akhirnya kembali ke Lila. Sementara, Rika dan Lunna
mendapat hukuman membersihkan satu sekolah.
“Capek,
deh!” keluh Rika dan Lunna.
Lalu
siapa hantu yang memainkan pianika itu? Usut punya usut, ternyata itu Mbak Lika
kelas enam yang bekerja sama dengan Rika dan Lunna untuk mendapatkan pianika
Lila. Dia juga dihukum bersama Rika dan Lunna. Kasihan…. Deh lu……
“Terima
kasih, Filla dan semuanya. Kalian telah membantuku. Tapi, darimana Filla tahu
kalau mereka yang melakukan semua ini?” tanya Lila.
“Sama-sama.
Oh, tadi aku melihat hantu itu membuka kostumnya dan muncul Rika dan Lunna
sesaat sebelum kita pergi. Tapi, Pak Ilham sendiri tidak menyadarinya.” Jelas
Filla.
“Oh..
begitu…………..” (Faza)