Minggu, 31 Agustus 2014

Biodataku

Welcome to My Blog, Guys. Bagi yang mau tahu biodataku lihat aja di bawah, ya........

Nama: Faza Mazaya Wijayati
Nama Panggilan: Faza, Aya, Aza, Mazaya, Yaya, Maya
Jenis Kelamin: Perempuan
Kelas: 5A
Agama: Islam
TTL: Kedu, 16 Februari 2014
Makanan Favorit: Ikan, Mpek-mpek, Bakso, Sayur
Minuman Favorit: Teh, Air Putih
Haters: Cokelat, Laba-Laba, Ulat
Lovers: Buku
Cita-Cita: Guru Agama Islam, Ustadzah, Penulis Best Seller, Membangun masjid, perpustakaan

Aku rasa udah cukup pengenalannya. Kalau ada yang kurang bilang di kotak komentar, ya. See you........

Sabtu, 30 Agustus 2014

Kartun


Bagi yang belum pernah nonton
Kartun Muslimah Nadia&Syamil
 Aqiqah


Rabu, 20 Agustus 2014

LOMBA MAPSI

Aku sama temen-temenku pernah ikut lomba, nih. Pas waktu kelas 4. Di Kundisari. MAPSI, selengkapnya:


KEGIATAN SISWA SDN 2 KEDU

lomba MAPSI tingkat Kecamatan
tanggal : 8 Februari 2014
di : SDN 1 Kundisari dan SDN 2 Kundisari

Prestasi :
1. Juara 1 Macapat Islami Pa oleh Syarif kelas IV
2. Juara 1 Macapat Islami Pi oleh Rindi kelas III
3. Juara 1 Cerita Nabi Pi oleh Aqis kelas III
4. Juara 2 TIKI Pa oleh Alven kelas IV
5. Juara 2 TIKI Pi oleh Faza Mazaya kelas IV
6. Juara 3 PAISUM oleh Nurul, lala dan ratih kelas V
7. Juara 1 khotobah Pi oleh Mutiara Kelas III
8. Juara 2 Qira'ah oleh Laili kelas IV
Liat nih gaya kami....
(7 foto)
Foto SDN 2 KEDU.

Senin, 11 Agustus 2014

Pengalaman: Berlibur ke Air Terjun



Liburan semester 1 telah tiba, Bude dan Pakde berkunjung ke rumah kami. Juga para kakak sepupuku. Mereka datang sambil membawa oleh-oleh. Suasana rumah menjadi ramai. Mereka datang hari Minggu tanggal 23-12-2012. Kami berencana akan pergi berwisata ke Air Terjun Sekar Langit yang terletak di Desa Telogorejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Sebelumnya kami Tidak kemana-mana. Mereka datang saat ayahku berada di Lombok. Beliau berangkat sebelum mereka datang. 
Keesokan harinya, hari Senin 24-12-2012, kami sibuk bersiap-siap. Akhirnya, kami selesai dan siap berangkat ke Sekar Langit naik mobil pukul 10.00 WIB. Di tengah perjalanan, aku tertidur. Tak terasa kami sudah sampai. Aku segera bangun. Kami segera menuju loket. Setelah membayar dan mendapatkan tiket masuk, aku turun lebih dulu, kemudian disusul oleh keponakanku yang bernama Dik Anaf.               Udara sangat sejuk di sana. Pepohonan di sana pun banyak. Aku sangat menikmatinya, sampai menjadi sibuk memoto-moto. Jalan yang dilalui cukup licin membuat kami harus berhati-hati. Terdengar suara air terjun yang kecil (anak air terjun) . Cukup lama kami menyusuri jalan itu. Akhirnya kami sampai di jembatan. Jembatan ini terbuat dari bambu. Di bawahnya ada aliran air dari air terjun itu. Setelah melewati jembatan, kami sampai di tangga yang menuju ke air terjun tersebut. Kami menaiki anak tangga satu demi satu. Aku hampir saja jatuh.
Akhirnya, kami sampai di air terjun yang sebenarnya. Disana terdapat tangga untuk melihat air terjun dari ketinggian. Aku ingin naik tapi takut karena licin dan terkena air hujan. Sebenarnya aku ingin bermain air di bawah air terjun itu tetapi sedang musim hujan. Terkadang terjadi banjir mendadak. Tetapi aku tidak bersedih karena aku bisa membayangkannya. Yang penting aku punya fotonya. Aku berfoto 2 kali dengan air terjun dari jarak jauh. Aku juga memotret beberapa objek lain seperti batu besar, tangga, dan lain-lain. Keponakanku berfoto dengan ibunya yang termasuk kakak sepupuku. Semua kakak sepupuku asyik berfoto. Kakakku takut dengan keadaan disana. Aku diajak ibuku cepat kembali. Karena sisi kiri jalan terdapat tebing yang sewaktu-waktu dapat longsor. Kami keluar bersama Bude Eny dan Keponakanku dan ibunya. Di tengah perjalanan hujan gerimis  turun.                                            Akhirnya kami sampai di luar. Kami menunggu yang lain. Setelah mereka sampai, kami membeli bakso di penjual bakso yang kebetulan ada di situ. Kemudian kami naik mobil.                    Kami berhenti di pasar Grabag untuk membeli slondok. Setelah selesai, kami melanjutkan perjalanan ke Restoran Kalingga Resto di Kranggan. Sambil menikmati pemandangan, aku berbincang bincang dengan salah satu kakak sepupuku yang bernama mbak Ina tentang nama ilmiah flora dan fauna. Memang aku suka bidang seperti itu sebagai pelajaran sampingan. Dosen kuliah mbak Ina dalam bidang itu. Kami sempat kebablasan.  Karena Bude-bude dan ibuku tertidur semua. Juga dua kakak sepupuku, mereka tidak tidur tetapi sibuk dengan jalan depan. Karena hanya mereka yang tahu.            
Akhirnya kami sampai juga. Disana kami memesan makanan dan minuman dan kami tinggal untuk melaksanakan Shalat Dhuhur. Setelah selesai Shalat, aku menonton ICIL (Idola Cilik). Kami segera makan. Dik Anaf waktu makan bermain perosotan, membuat ibunya kewalahan. Maklum usianya baru 3 tahun. Setelah itu kami membayar ke kasir dan pulang. Pukul 16.00 WIB kami sampai di rumah. Aku segera Shalat Asar. Dan kukenang kembali peristiwa yang menyenangkan itu.
Itulah pengalamanku yang tak pernah kulupakan sampai kapan pun. (Faza)

Sabtu, 09 Agustus 2014

My Stories: Misteri Pianika Lila



Saat itu, hari Senin. Filla dan teman-temannya sedang menuju kantin sekolah. Memang,  saat itu sedang jam istirahat. Filla duduk bersama teman-temannya di meja nomor lima. Hari ini, giliran Filla yang mentraktir mereka.
 Filla memesan pudding Strawberry dengan vla Vanila serta Milkshake Vanila. Untuk buah, Filla memesan jeruk. Sinta, Anggita, dan Funa memesan Jus Lemon serta soto ayam. Kalau Lisa, santai-santai saja. Pesanannya sangat banyak. Lisa memesan jus melon, es soda gembira, soto sapi, bakso, dan buah jeruk, melon, semangka serta air putih. Huh, memangnya Filla uangnya sejuta apa?
Pesanan mereka ahirnya datang setelah menunggu 15 menit. Mbak Ningsih, pelayan di kantin yang membawakannya. Mereka makan sambil mengobrol tentang pianika Lila. Memangnya, apa yang menarik dari pianika?
 
“Bagaimana berita tentang pianika Lila?” Tanya Funa.
“Katanya masih sering misterius.” Jawab Lisa sambil mengunyah bakso.
“Misterius bagaimana?” tanya Fira.
“Suka berbunyi sendiri. Aku saja belum tahu benar atau tidak berita ini.” Sahut Filla.
“Kalau aku mau tanya Lila. Kalian mau ikut?” tanya Sinta.
“Mau. Aku penasaran sekali.” Seru Anggita.
“Kalau begitu, ayo!!!!!!” seru semuanya.
“Eh, eh. Bayar dulu.” Cegah Mbak Mona, pemilik kantin.
“Eh iya. Lupa aku. Berapa, Mbak?” tanya Filla.
“Hmmm. Pudding, Milkshake, jeruk, melon, semangka, bakso, soto, air putih, jus, soda. Semuanya Rp 79.500,00.”
“Ini pasti pesananmu, Lisa. Banyak sekali. Dasar tukang makan.” Ledek Sinta.
“Kamu juga banyak, kok.” Sahut Lisa dengan marah.
“Sudah, sudah. Ini kan gabungan pesanan kita semua.” Lerai Anggita.
“Iya, kok. Kan aku bawa uangnya Rp 100.000,00. Cukup. Masih ada kembaliannya, lagi.” Tambah Filla.
“Masih ada kembaliannya, ya? Bagaimana kalau kita beli camilan. White Vanilla Jelly. Sedap, tuh.” Usul Funa.
“Memangnya masih ada berapa rupiah, La?” tanya Sinta.
“Masih Rp 20.500,00.” Jawab Filla.
“Berarti, kalau satu jelly Rp 2.000,00 dikalikan enam jadi Rp 12.000,00. Kembali Rp 7.500,00. Cukup.” Hitung Funa. Funa termasuk anak yang pintar matematika, lho. Mereka pun membeli jelly White Vanilla Jelly di kantin. Memang banyak jenis jelly di sini. Di antaranya, Forest Tree Jelly, Yummy Magma, Chocolate First Jelly, Oval Leaf, Rose Flower, dan lainnya.
Mereka berjalan menuju kelas untuk bertanya kepada Lila. Sesmpainya di kelas IV, mereka tiba-tiba dihampiri Lila yang wajahnya panik.
“Ada apa, Lil?” Tanya Filla.
 
“Gawat. Pianikaku di ruang musik berbunyi sendiri.” Jelasnya dengan wajah panik. Pianika Lila memang mahal harganya. Tuts-nya berlapiskan perak dan emas. Mungkin hingga jutaan rupiah. Papanya membelikan pianika itu saat ada tugas ke luar kota. Keluarga Lila memang kaya raya. Pantas saja dia tidak rela pianika itu dimainkan oleh seorang hantu.
“Kalau begitu, mari pergi ke ruang musik. Kita lihat apa yang terjadi di sana sekarang.” Ajak Kila yang tiba-tiba muncul. Tanpa dikomando, semuanya segera menuju ruang musik.
Sesampainya disana, mereka melihat pianika itu dimainkan oleh sesosok wanita berambut panjang dan berbaju putih. Saat wanita itu menoleh ke Filla dan teman-temannya, mereka melihat wajah wanita itu yang sangat pucat dan menyeramkan. Dia berjalan menuju Filla dan teman-temannya. Semakin dekat…. Semakin dekat….. semakin dekat…., dan….
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa!”
“Sedang apa kalian disini teriak-teriak?!” seru Pak Ilham, penjaga sekolah.
“T-t-tadi a-a-a-ada h-h-h-hantu…………….!”jawab mereka terbata-bata sambil menunjuk ke sudut ruangan. Hantu itu sudah pergi!
“Mana? Disini mana mungkin ada hantu. Imajinasi kalian saja. Sudah, sudah! Keluar!” kata Pak Ilham galak.
Mereka segera keluar cepat-cepat. Takut Pak Ilham akan memarahi lagi. Sambil jalan ke kelas, Lila menggerutu panjang lebar, “Huh …. Padahal tadi bener-bener ada. Pak Ilham yang tidak percaya.”
“Sudahlah. Aku tahu siapa dibalik misteri ini. Ayo, ikut aku.” Kata Filla.
Mereka diajak Filla ke ruang musik lagi. Tentunya, setelah Pak Ilham pergi. Disana tampak Rika dan Lunna sedang berbincang-bincang sambil tertawa terbahak-bahak. Di tangan Rika, terdapat pianika milik Lila. Filla dan teman-temannya mengintip dari balik pintu. Mereka menguping apa pembicaraan mereka.
“Rika, akhirnya kita mendapatkan pianika antik ini. Ha…ha…ha…” kata Lunna.
“Benar, Lun. Kita akan memberi pelajaran kepada Lila, si Sombong itu. Ha…ha…ha…” tawa Rika.
“Kita akan jadi terkenal di sekolah ini. Sukurin tu, Filla sama yang lain kena marah Pak Ilham yang super galak. Sama hantu bohongan aja takut. Sampai teriak-teriak gak jelas gitu.” Kata Lunna.
“Betul itu.” Sahut Rika. Mereka tertawa sekali lagi.
“Berhenti kalian! Kalian yang menakut-nakuti Lila tentang pianika itu, ya? Kurang ajar!” bentak Filla sambil meremas-remas tangannya.
“Dan satu lagi. Aku tidak sombong. Aku hanya ingin kalian semua dapat memainkan pianika. Asal setelah itu dibersihkan. Aku sudah menyediakannya untuk umum di ruang musik ini.” Tambah Lila.
“Kalian jaga mereka. Aku akan panggil Bu Laina. Bu Laina pasti akan menghukum kalian.” Perintah Anggita.
Wajah Rika dan Lunna pucat pasi. Mereka tidak bisa mengelak lagi saat Bu Laina datang. Pianika itu akhirnya kembali ke Lila. Sementara, Rika dan Lunna mendapat hukuman membersihkan satu sekolah.
“Capek, deh!” keluh Rika dan Lunna.
Lalu siapa hantu yang memainkan pianika itu? Usut punya usut, ternyata itu Mbak Lika kelas enam yang bekerja sama dengan Rika dan Lunna untuk mendapatkan pianika Lila. Dia juga dihukum bersama Rika dan Lunna. Kasihan…. Deh lu……
“Terima kasih, Filla dan semuanya. Kalian telah membantuku. Tapi, darimana Filla tahu kalau mereka yang melakukan semua ini?” tanya Lila.
“Sama-sama. Oh, tadi aku melihat hantu itu membuka kostumnya dan muncul Rika dan Lunna sesaat sebelum kita pergi. Tapi, Pak Ilham sendiri tidak menyadarinya.” Jelas Filla.
Oh.. begitu…………..” (Faza)

My Stories: Lomba Memasak Kue


Filla sedang asyik memainkan game Pou di tabletnya di atas kursi ruang tamu. Tahu nggak apa itu Pou? Pou itu telur hidup yang imut. Kita harus merawat Pou. Nanti kalau tidak, Pou bisa sakit lalu mati. Game Over. Oke, kembali ke cerita semula. Tiba-tiba, smartphone-nya berbunyi memainkan nada lagu Insya Allah oleh Maher Zain. Filla segera mengambil smartphone-nya di meja sebelah kursi yang sedang didudukinya. Tertulis nama ‘Lisa The Smart Girls’ di layarnya. Filla segera menekan tombol terima.
            “Hallo, Assalamu’alaikum.” Salam Filla.
            “Wa’alaikumsalam. Temui kami di taman. Segera!” sahut Lisa di seberang sana.
            “Ya, tapi ad...” kata Filla terputus. Telepon sudah ditutup. Memangnya ada apa? Suara Lisa seperti terburu-buru. Setelah dapat izin dari mamanya, Filla segera mengambil roller skate-nya lalu pergi ke taman.
            Sampai di sana, ada spanduk bertuliskan ‘Lomba Memasak Kue Strawberry’. Filla segera mencari Lisa. Filla menemukan Lisa, Funa, Kila, Lila, Sinta, Fira, dan Anggita. Mereka rupanya sudah menunggu Filla.
            “Ada lomba.” Sambut Lisa singkat.
“Lomba rupanya. Tadi waktu telepon kok suaranya terburu-buru. Kenapa?”
“Darurat! Pulsaku hampir habis. Gara-gara buat ngirim SMS ke kamu. Nggak dibalas-balas. Padahal sudah ngirim 7 kali.” Terang Lisa.
“Oh, maaf ya. Aku tadi main game. Gak dengar kali. Terus yang terputus?”
“Lihat ini!” kata Lisa sambil menunjukkan Handphone. Pulsa Rp 0,00!.
“Kali lain jangan game terus.” Nasihat Sinta. “Kasihan Lisa.”
“Ya, ya!” sahut Filla cuek.
“Kita mau ikut lomba memasak kue, nih. Kamu harus ikut. Gratis kok. Di lomba ini, tidak boleh ada yang mengundurkan diri. Aku sudah mendaftarkan The Smart Girls. Kamu juga termasuk, kan?” celoteh Fira.
“Apa? Kita ikut juga? Kok gak bilang sama aku? Secret ya? Mau banget, dong....” kata Filla kegirangan.
“Ayo kita diskusi sebentar. Mau masak Strawberry Cake yang bagaimana?” ajak Sinta.
“Kalau aku sih, Strawberry Muffin.” Kata Lisa.
“Kalau boleh aku kasih saran, Strawberry Shortcake saja, ya.” Usul Filla.
“Ide yang bagus. Kita semua pernah memasak itu. Pasti kelompok yang lain tidak bisa meniru.” puji Lisa.
“Oke.” Seru semua serempak.
“Semua peserta harap berkumpul di meja masing-masing. The Cooking Good di meja nomor 7. The Fantastic Food di meja nomor 6. The Fast Cake nomor 5. The Delicious Food nomor 4. Strawberry Lovers nomor 3. Muffins Filling nomor 2. The Smart Girls nomor 1.” Suara panitia lomba dari pengeras suara terdengar. Semua peserta berlari ke meja masing-masing. Waktunya 3 jam.
The Smart Girls mulai beraksi. Filla mencampur susu, telur, baking powder, baking soda, gula, mentega, dan garam ke dalam sebuah mangkuk lalu mengaduknya. Adonan tadi kemudian menjadi dough. Semacam bahan untuk membuat kue. Anggita kemudian meng-knead dough tadi atau mengaduk menggunakan tangan sampai kalis dan lunak. Dough dibentuk persegi, lalu Sinta menggunakan roller untuk me-roll dough. Setelah selesai,  dough dicetak membentuk lingkaran sekitar 7 cm oleh Funa. Lalu, Lila memasukkannya ke oven dengan suhu 450 derajat celcius. Sambil menunggu matang, Kila memotong strawberry. Lisa memotong shortcake menjadi dua bagian setelah matang. Shortcake ditaruh di sebuah piring saji yang sudah disediakan oleh panitia. Setelah shortcake disusun, Filla menghiasinya dengan krim vanilla. Anggita meletakkan strawberry di sana-sini. Saat strawberry disusun, The Fantastic Food memencet bel telebih dahulu. Anggita terkejut. Tangannya yang memegang strawberry mengenai krim.
“Oh, maaf teman-teman.” Kata anggita.
“Tidak apa-apa, kok.” Hibur Filla. Filla menata kembali strawberry yang rusak. Juga melapisi lagi dengan krim. Anggita terlihat senang. Akhirnya, selesai.
“Sepertinya ini enak sekali.” Kata panitia yang sedang lewat. The Smart Girls senang dengan  pujian itu. Mereka segera menekan bel.
            Setelah semua kelompok selesai, pengumuman pemenang diumumkan. “Yang menang adalah...........................................................................” seru panitia. “Kelompok.................... The.......... Smart Girls!!!!!!!!!!!!!!!” seru panitia gembira.
            Semua bertepuk tangan. Kelompok lain juga menerima dengan baik kekalahan mereka.
Juara 2 The Fast Cake. Juara 3 The Fantastic Food.  Hadiah 1 adalah 1 paket peralatan sekolah per anak dalam kelompok. Hadiah 2 Buku tulis 1 pak per anak. Hadiah 3 tempat pensil per anak.
            “Akhirnya kita menang.” Seru The Smart Girls.
            The Smart Girls memang hebat. Bagaimana menurut kalian? (Faza)

Pesan

1. Kalau mau berkomentar, jangan pakai kata-kata kasar, ya...
2. Boleh chat di kotak komentar, ya...

Tolong komentari blogku, ya... Aku tunggu...

Salam: Aza