Welcome to My Blog, Guys. Bagi yang mau tahu biodataku lihat aja di bawah, ya........
Nama: Faza Mazaya Wijayati
Nama Panggilan: Faza, Aya, Aza, Mazaya, Yaya, Maya
Jenis Kelamin: Perempuan
Kelas: 5A
Agama: Islam
TTL: Kedu, 16 Februari 2014
Makanan Favorit: Ikan, Mpek-mpek, Bakso, Sayur
Minuman Favorit: Teh, Air Putih
Haters: Cokelat, Laba-Laba, Ulat
Lovers: Buku
Cita-Cita: Guru Agama Islam, Ustadzah, Penulis Best Seller, Membangun masjid, perpustakaan
Aku rasa udah cukup pengenalannya. Kalau ada yang kurang bilang di kotak komentar, ya. See you........
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Teman-Teman! Blog ini dibuat pada Hari Sabtu tanggal 2 Agustus 2014. Selamat Datang di Blogku!
Glitter Text
Minggu, 31 Agustus 2014
Sabtu, 30 Agustus 2014
Rabu, 20 Agustus 2014
LOMBA MAPSI
Aku sama temen-temenku pernah ikut lomba, nih. Pas waktu kelas 4. Di Kundisari. MAPSI, selengkapnya:
KEGIATAN SISWA SDN 2 KEDU
lomba MAPSI tingkat Kecamatan
tanggal : 8 Februari 2014
di : SDN 1 Kundisari dan SDN 2 Kundisari
Prestasi :
1. Juara 1 Macapat Islami Pa oleh Syarif kelas IV
2. Juara 1 Macapat Islami Pi oleh Rindi kelas III
3. Juara 1 Cerita Nabi Pi oleh Aqis kelas III
4. Juara 2 TIKI Pa oleh Alven kelas IV
5. Juara 2 TIKI Pi oleh Faza Mazaya kelas IV
6. Juara 3 PAISUM oleh Nurul, lala dan ratih kelas V
7. Juara 1 khotobah Pi oleh Mutiara Kelas III
lomba MAPSI tingkat Kecamatan
tanggal : 8 Februari 2014
di : SDN 1 Kundisari dan SDN 2 Kundisari
Prestasi :
1. Juara 1 Macapat Islami Pa oleh Syarif kelas IV
2. Juara 1 Macapat Islami Pi oleh Rindi kelas III
3. Juara 1 Cerita Nabi Pi oleh Aqis kelas III
4. Juara 2 TIKI Pa oleh Alven kelas IV
5. Juara 2 TIKI Pi oleh Faza Mazaya kelas IV
6. Juara 3 PAISUM oleh Nurul, lala dan ratih kelas V
7. Juara 1 khotobah Pi oleh Mutiara Kelas III
8. Juara 2 Qira'ah oleh Laili kelas IV
Liat nih gaya kami....
(7 foto)Sabtu, 16 Agustus 2014
Senin, 11 Agustus 2014
Pengalaman: Berlibur ke Air Terjun
Liburan semester 1 telah
tiba, Bude dan Pakde berkunjung ke rumah kami. Juga para kakak sepupuku. Mereka
datang sambil membawa oleh-oleh. Suasana rumah menjadi ramai. Mereka datang
hari Minggu tanggal 23-12-2012. Kami berencana akan pergi berwisata ke Air
Terjun Sekar Langit yang terletak di Desa Telogorejo, Kecamatan Grabag,
Kabupaten Magelang. Sebelumnya kami Tidak kemana-mana. Mereka datang saat
ayahku berada di Lombok. Beliau berangkat
sebelum mereka datang.
Keesokan harinya, hari
Senin 24-12-2012, kami sibuk bersiap-siap. Akhirnya, kami selesai dan siap
berangkat ke Sekar Langit naik mobil pukul 10.00 WIB. Di tengah perjalanan, aku
tertidur. Tak terasa kami sudah sampai. Aku segera bangun. Kami segera menuju
loket. Setelah membayar dan mendapatkan tiket masuk, aku turun lebih dulu,
kemudian disusul oleh keponakanku yang bernama Dik Anaf. Udara sangat
sejuk di sana. Pepohonan di sana pun banyak. Aku sangat menikmatinya, sampai
menjadi sibuk memoto-moto. Jalan yang dilalui cukup licin membuat kami harus
berhati-hati. Terdengar suara air terjun yang kecil (anak air terjun) . Cukup
lama kami menyusuri jalan itu. Akhirnya kami sampai di jembatan. Jembatan ini
terbuat dari bambu. Di bawahnya ada aliran air dari air terjun itu. Setelah
melewati jembatan, kami sampai di tangga yang menuju ke air terjun tersebut.
Kami menaiki anak tangga satu demi satu. Aku hampir saja jatuh.
Akhirnya, kami sampai di
air terjun yang sebenarnya. Disana terdapat tangga untuk melihat air terjun
dari ketinggian. Aku ingin naik tapi takut karena licin dan terkena air hujan.
Sebenarnya aku ingin bermain air di bawah air terjun itu tetapi sedang musim
hujan. Terkadang terjadi banjir mendadak. Tetapi aku tidak bersedih karena aku
bisa membayangkannya. Yang penting aku punya fotonya. Aku berfoto 2 kali dengan
air terjun dari jarak jauh. Aku juga memotret beberapa objek lain seperti batu
besar, tangga, dan lain-lain. Keponakanku berfoto dengan ibunya yang termasuk
kakak sepupuku. Semua kakak sepupuku asyik berfoto. Kakakku takut dengan
keadaan disana. Aku diajak ibuku cepat kembali. Karena sisi kiri jalan terdapat
tebing yang sewaktu-waktu dapat longsor. Kami keluar bersama Bude Eny dan
Keponakanku dan ibunya. Di tengah perjalanan hujan gerimis turun. Akhirnya kami sampai di luar. Kami menunggu
yang lain. Setelah mereka sampai, kami membeli bakso di penjual bakso yang
kebetulan ada di situ. Kemudian kami naik mobil. Kami berhenti di pasar Grabag untuk membeli slondok. Setelah selesai, kami
melanjutkan perjalanan ke Restoran Kalingga Resto di Kranggan. Sambil menikmati
pemandangan, aku berbincang bincang dengan salah satu kakak sepupuku yang
bernama mbak Ina tentang nama ilmiah flora dan fauna. Memang aku suka bidang
seperti itu sebagai pelajaran sampingan. Dosen kuliah mbak Ina dalam bidang
itu. Kami sempat kebablasan. Karena Bude-bude dan ibuku tertidur semua.
Juga dua kakak sepupuku, mereka tidak tidur tetapi sibuk dengan jalan depan.
Karena hanya mereka yang tahu.
Akhirnya kami sampai juga.
Disana kami memesan makanan dan minuman dan kami tinggal untuk melaksanakan
Shalat Dhuhur. Setelah selesai Shalat, aku menonton ICIL (Idola Cilik). Kami
segera makan. Dik Anaf waktu makan bermain perosotan, membuat ibunya kewalahan.
Maklum usianya baru 3 tahun. Setelah itu kami membayar ke kasir dan pulang. Pukul
16.00 WIB kami sampai di rumah. Aku segera Shalat Asar. Dan kukenang kembali
peristiwa yang menyenangkan itu.
Itulah
pengalamanku yang tak pernah kulupakan sampai kapan pun. (Faza)
Sabtu, 09 Agustus 2014
My Stories: Misteri Pianika Lila
Saat itu, hari Senin. Filla dan teman-temannya sedang menuju kantin
sekolah. Memang, saat itu sedang jam
istirahat. Filla duduk bersama teman-temannya di meja nomor lima. Hari ini,
giliran Filla yang mentraktir mereka.
Filla memesan pudding Strawberry dengan
vla Vanila serta Milkshake Vanila. Untuk buah, Filla memesan jeruk. Sinta,
Anggita, dan Funa memesan Jus Lemon serta soto ayam. Kalau Lisa, santai-santai
saja. Pesanannya sangat banyak. Lisa memesan jus melon, es soda gembira, soto
sapi, bakso, dan buah jeruk, melon, semangka serta air putih. Huh, memangnya
Filla uangnya sejuta apa?
Pesanan
mereka ahirnya datang setelah menunggu 15 menit. Mbak Ningsih, pelayan di
kantin yang membawakannya. Mereka makan sambil mengobrol tentang pianika Lila.
Memangnya, apa yang menarik dari pianika?
“Bagaimana
berita tentang pianika Lila?” Tanya Funa.
“Katanya
masih sering misterius.” Jawab Lisa sambil mengunyah bakso.
“Misterius
bagaimana?” tanya Fira.
“Suka
berbunyi sendiri. Aku saja belum tahu benar atau tidak berita ini.” Sahut
Filla.
“Kalau
aku mau tanya Lila. Kalian mau ikut?” tanya Sinta.
“Mau.
Aku penasaran sekali.” Seru Anggita.
“Kalau
begitu, ayo!!!!!!” seru semuanya.
“Eh,
eh. Bayar dulu.” Cegah Mbak Mona, pemilik kantin.
“Eh
iya. Lupa aku. Berapa, Mbak?” tanya Filla.
“Hmmm.
Pudding, Milkshake, jeruk, melon, semangka, bakso, soto, air putih, jus, soda.
Semuanya Rp 79.500,00.”
“Ini
pasti pesananmu, Lisa. Banyak sekali. Dasar tukang makan.” Ledek Sinta.
“Kamu
juga banyak, kok.” Sahut Lisa dengan marah.
“Sudah,
sudah. Ini kan gabungan pesanan kita semua.” Lerai Anggita.
“Iya,
kok. Kan aku bawa uangnya Rp 100.000,00. Cukup. Masih ada kembaliannya, lagi.”
Tambah Filla.
“Masih
ada kembaliannya, ya? Bagaimana kalau kita beli camilan. White Vanilla Jelly.
Sedap, tuh.” Usul Funa.
“Memangnya
masih ada berapa rupiah, La?” tanya Sinta.
“Masih
Rp 20.500,00.” Jawab Filla.
“Berarti,
kalau satu jelly Rp 2.000,00 dikalikan enam jadi Rp 12.000,00. Kembali Rp
7.500,00. Cukup.” Hitung Funa. Funa termasuk anak yang pintar matematika, lho.
Mereka pun membeli jelly White Vanilla Jelly di kantin. Memang banyak jenis
jelly di sini. Di antaranya, Forest Tree Jelly, Yummy Magma, Chocolate First
Jelly, Oval Leaf, Rose Flower, dan lainnya.
Mereka
berjalan menuju kelas untuk bertanya kepada Lila. Sesmpainya di kelas IV,
mereka tiba-tiba dihampiri Lila yang wajahnya panik.
“Ada
apa, Lil?” Tanya Filla.
“Gawat.
Pianikaku di ruang musik berbunyi sendiri.” Jelasnya dengan wajah panik.
Pianika Lila memang mahal harganya. Tuts-nya berlapiskan perak dan emas.
Mungkin hingga jutaan rupiah. Papanya membelikan pianika itu saat ada tugas ke
luar kota. Keluarga Lila memang kaya raya. Pantas saja dia tidak rela pianika
itu dimainkan oleh seorang hantu.
“Kalau
begitu, mari pergi ke ruang musik. Kita lihat apa yang terjadi di sana
sekarang.” Ajak Kila yang tiba-tiba muncul. Tanpa dikomando, semuanya segera menuju
ruang musik.
Sesampainya
disana, mereka melihat pianika itu dimainkan oleh sesosok wanita berambut
panjang dan berbaju putih. Saat wanita itu menoleh ke Filla dan teman-temannya,
mereka melihat wajah wanita itu yang sangat pucat dan menyeramkan. Dia berjalan
menuju Filla dan teman-temannya. Semakin dekat…. Semakin dekat….. semakin
dekat…., dan….
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa!”
“Sedang
apa kalian disini teriak-teriak?!” seru Pak Ilham, penjaga sekolah.
“T-t-tadi
a-a-a-ada h-h-h-hantu…………….!”jawab mereka terbata-bata sambil menunjuk ke sudut
ruangan. Hantu itu sudah pergi!
“Mana?
Disini mana mungkin ada hantu. Imajinasi kalian saja. Sudah, sudah! Keluar!”
kata Pak Ilham galak.
Mereka
segera keluar cepat-cepat. Takut Pak Ilham akan memarahi lagi. Sambil jalan ke
kelas, Lila menggerutu panjang lebar, “Huh …. Padahal tadi bener-bener ada. Pak
Ilham yang tidak percaya.”
“Sudahlah.
Aku tahu siapa dibalik misteri ini. Ayo, ikut aku.” Kata Filla.
Mereka
diajak Filla ke ruang musik lagi. Tentunya, setelah Pak Ilham pergi. Disana
tampak Rika dan Lunna sedang berbincang-bincang sambil tertawa terbahak-bahak.
Di tangan Rika, terdapat pianika milik Lila. Filla dan teman-temannya mengintip
dari balik pintu. Mereka menguping apa pembicaraan mereka.
“Rika,
akhirnya kita mendapatkan pianika antik ini. Ha…ha…ha…” kata Lunna.
“Benar,
Lun. Kita akan memberi pelajaran kepada Lila, si Sombong itu. Ha…ha…ha…” tawa
Rika.
“Kita
akan jadi terkenal di sekolah ini. Sukurin tu, Filla sama yang lain kena marah
Pak Ilham yang super galak. Sama hantu bohongan aja takut. Sampai teriak-teriak
gak jelas gitu.” Kata Lunna.
“Betul
itu.” Sahut Rika. Mereka tertawa sekali lagi.
“Berhenti
kalian! Kalian yang menakut-nakuti Lila tentang pianika itu, ya? Kurang ajar!”
bentak Filla sambil meremas-remas tangannya.
“Dan
satu lagi. Aku tidak sombong. Aku hanya ingin kalian semua dapat memainkan
pianika. Asal setelah itu dibersihkan. Aku sudah menyediakannya untuk umum di
ruang musik ini.” Tambah Lila.
“Kalian
jaga mereka. Aku akan panggil Bu Laina. Bu Laina pasti akan menghukum kalian.”
Perintah Anggita.
Wajah
Rika dan Lunna pucat pasi. Mereka tidak bisa mengelak lagi saat Bu Laina
datang. Pianika itu akhirnya kembali ke Lila. Sementara, Rika dan Lunna
mendapat hukuman membersihkan satu sekolah.
“Capek,
deh!” keluh Rika dan Lunna.
Lalu
siapa hantu yang memainkan pianika itu? Usut punya usut, ternyata itu Mbak Lika
kelas enam yang bekerja sama dengan Rika dan Lunna untuk mendapatkan pianika
Lila. Dia juga dihukum bersama Rika dan Lunna. Kasihan…. Deh lu……
“Terima
kasih, Filla dan semuanya. Kalian telah membantuku. Tapi, darimana Filla tahu
kalau mereka yang melakukan semua ini?” tanya Lila.
“Sama-sama.
Oh, tadi aku melihat hantu itu membuka kostumnya dan muncul Rika dan Lunna
sesaat sebelum kita pergi. Tapi, Pak Ilham sendiri tidak menyadarinya.” Jelas
Filla.
“Oh..
begitu…………..” (Faza)
My Stories: Lomba Memasak Kue
Filla sedang asyik memainkan game Pou di tabletnya di atas kursi ruang tamu. Tahu nggak apa itu Pou? Pou itu telur hidup yang imut. Kita harus merawat Pou. Nanti kalau tidak, Pou bisa sakit lalu mati. Game Over. Oke, kembali ke cerita semula. Tiba-tiba, smartphone-nya berbunyi memainkan nada lagu Insya Allah oleh Maher Zain. Filla segera mengambil smartphone-nya di meja sebelah kursi yang sedang didudukinya. Tertulis nama ‘Lisa The Smart Girls’ di layarnya. Filla segera menekan tombol terima.
“Hallo, Assalamu’alaikum.”
Salam Filla.
“Wa’alaikumsalam. Temui
kami di taman. Segera!” sahut Lisa di seberang sana.
“Ya, tapi ad...” kata
Filla terputus. Telepon sudah ditutup. Memangnya ada apa? Suara Lisa seperti
terburu-buru. Setelah dapat izin dari mamanya, Filla segera mengambil roller
skate-nya lalu pergi ke taman.
Sampai di sana, ada
spanduk bertuliskan ‘Lomba Memasak Kue Strawberry’. Filla segera mencari Lisa. Filla menemukan Lisa,
Funa, Kila, Lila, Sinta, Fira, dan Anggita. Mereka rupanya sudah menunggu
Filla.
“Ada
lomba.” Sambut Lisa singkat.
“Lomba rupanya. Tadi waktu
telepon kok suaranya terburu-buru. Kenapa?”
“Darurat! Pulsaku hampir habis.
Gara-gara buat ngirim SMS ke kamu. Nggak dibalas-balas. Padahal sudah ngirim 7
kali.” Terang Lisa.
“Oh, maaf ya. Aku tadi main game.
Gak dengar kali. Terus yang terputus?”
“Lihat ini!” kata Lisa sambil
menunjukkan Handphone. Pulsa Rp 0,00!.
“Kali lain jangan game terus.”
Nasihat Sinta. “Kasihan Lisa.”
“Ya, ya!” sahut Filla cuek.
“Kita mau ikut lomba memasak kue,
nih. Kamu harus ikut. Gratis kok. Di lomba ini, tidak boleh ada yang
mengundurkan diri. Aku sudah mendaftarkan The Smart Girls. Kamu juga termasuk,
kan?” celoteh Fira.
“Apa? Kita ikut juga? Kok gak
bilang sama aku? Secret ya? Mau banget, dong....” kata Filla kegirangan.
“Ayo kita diskusi sebentar. Mau
masak Strawberry Cake yang bagaimana?” ajak Sinta.
“Kalau aku sih, Strawberry
Muffin.” Kata Lisa.
“Kalau boleh aku kasih saran,
Strawberry Shortcake saja, ya.” Usul Filla.
“Ide yang bagus. Kita semua
pernah memasak itu. Pasti kelompok yang lain tidak bisa meniru.” puji Lisa.
“Oke.” Seru semua serempak.
“Semua peserta harap berkumpul di
meja masing-masing. The Cooking Good di meja nomor 7. The Fantastic Food di
meja nomor 6. The Fast Cake nomor 5. The Delicious Food nomor 4. Strawberry Lovers nomor 3.
Muffins Filling nomor 2. The Smart Girls nomor 1.” Suara panitia lomba
dari pengeras suara terdengar. Semua peserta berlari ke meja masing-masing.
Waktunya 3 jam.
The Smart Girls mulai beraksi.
Filla mencampur susu, telur, baking powder, baking soda, gula, mentega, dan
garam ke dalam sebuah mangkuk lalu mengaduknya. Adonan tadi kemudian menjadi dough.
Semacam bahan untuk membuat kue. Anggita kemudian meng-knead dough tadi atau
mengaduk menggunakan tangan sampai kalis dan lunak. Dough dibentuk persegi,
lalu Sinta menggunakan roller untuk me-roll dough. Setelah selesai, dough dicetak membentuk lingkaran sekitar 7
cm oleh Funa. Lalu, Lila memasukkannya ke oven dengan suhu 450 derajat celcius.
Sambil menunggu matang, Kila memotong strawberry. Lisa memotong shortcake
menjadi dua bagian setelah matang. Shortcake ditaruh di sebuah piring saji yang
sudah disediakan oleh panitia. Setelah shortcake disusun, Filla menghiasinya
dengan krim vanilla. Anggita meletakkan strawberry di sana-sini. Saat
strawberry disusun, The Fantastic Food memencet bel telebih dahulu. Anggita
terkejut. Tangannya yang memegang strawberry mengenai krim.
“Oh, maaf teman-teman.” Kata
anggita.
“Tidak apa-apa, kok.” Hibur Filla.
Filla menata kembali strawberry yang rusak. Juga melapisi lagi dengan krim.
Anggita terlihat senang. Akhirnya, selesai.
“Sepertinya ini enak sekali.”
Kata panitia yang sedang lewat. The Smart Girls senang dengan pujian itu. Mereka segera menekan bel.
Setelah
semua kelompok selesai, pengumuman pemenang diumumkan. “Yang menang
adalah...........................................................................”
seru panitia. “Kelompok.................... The.......... Smart
Girls!!!!!!!!!!!!!!!” seru panitia gembira.
Semua
bertepuk tangan. Kelompok lain juga menerima dengan baik kekalahan mereka.
Juara 2 The Fast Cake. Juara 3 The Fantastic
Food. Hadiah 1 adalah 1 paket peralatan
sekolah per anak dalam kelompok. Hadiah 2 Buku tulis 1 pak per anak. Hadiah 3
tempat pensil per anak.
“Akhirnya
kita menang.” Seru The Smart Girls.
The
Smart Girls memang hebat. Bagaimana menurut kalian? (Faza)
Langganan:
Postingan (Atom)
Pesan
1. Kalau mau berkomentar, jangan pakai kata-kata kasar, ya...
2. Boleh chat di kotak komentar, ya...
Tolong komentari blogku, ya... Aku tunggu...
Salam: Aza
2. Boleh chat di kotak komentar, ya...
Tolong komentari blogku, ya... Aku tunggu...
Salam: Aza