Sabtu, 09 Agustus 2014

My Stories: Misteri Pianika Lila



Saat itu, hari Senin. Filla dan teman-temannya sedang menuju kantin sekolah. Memang,  saat itu sedang jam istirahat. Filla duduk bersama teman-temannya di meja nomor lima. Hari ini, giliran Filla yang mentraktir mereka.
 Filla memesan pudding Strawberry dengan vla Vanila serta Milkshake Vanila. Untuk buah, Filla memesan jeruk. Sinta, Anggita, dan Funa memesan Jus Lemon serta soto ayam. Kalau Lisa, santai-santai saja. Pesanannya sangat banyak. Lisa memesan jus melon, es soda gembira, soto sapi, bakso, dan buah jeruk, melon, semangka serta air putih. Huh, memangnya Filla uangnya sejuta apa?
Pesanan mereka ahirnya datang setelah menunggu 15 menit. Mbak Ningsih, pelayan di kantin yang membawakannya. Mereka makan sambil mengobrol tentang pianika Lila. Memangnya, apa yang menarik dari pianika?
 
“Bagaimana berita tentang pianika Lila?” Tanya Funa.
“Katanya masih sering misterius.” Jawab Lisa sambil mengunyah bakso.
“Misterius bagaimana?” tanya Fira.
“Suka berbunyi sendiri. Aku saja belum tahu benar atau tidak berita ini.” Sahut Filla.
“Kalau aku mau tanya Lila. Kalian mau ikut?” tanya Sinta.
“Mau. Aku penasaran sekali.” Seru Anggita.
“Kalau begitu, ayo!!!!!!” seru semuanya.
“Eh, eh. Bayar dulu.” Cegah Mbak Mona, pemilik kantin.
“Eh iya. Lupa aku. Berapa, Mbak?” tanya Filla.
“Hmmm. Pudding, Milkshake, jeruk, melon, semangka, bakso, soto, air putih, jus, soda. Semuanya Rp 79.500,00.”
“Ini pasti pesananmu, Lisa. Banyak sekali. Dasar tukang makan.” Ledek Sinta.
“Kamu juga banyak, kok.” Sahut Lisa dengan marah.
“Sudah, sudah. Ini kan gabungan pesanan kita semua.” Lerai Anggita.
“Iya, kok. Kan aku bawa uangnya Rp 100.000,00. Cukup. Masih ada kembaliannya, lagi.” Tambah Filla.
“Masih ada kembaliannya, ya? Bagaimana kalau kita beli camilan. White Vanilla Jelly. Sedap, tuh.” Usul Funa.
“Memangnya masih ada berapa rupiah, La?” tanya Sinta.
“Masih Rp 20.500,00.” Jawab Filla.
“Berarti, kalau satu jelly Rp 2.000,00 dikalikan enam jadi Rp 12.000,00. Kembali Rp 7.500,00. Cukup.” Hitung Funa. Funa termasuk anak yang pintar matematika, lho. Mereka pun membeli jelly White Vanilla Jelly di kantin. Memang banyak jenis jelly di sini. Di antaranya, Forest Tree Jelly, Yummy Magma, Chocolate First Jelly, Oval Leaf, Rose Flower, dan lainnya.
Mereka berjalan menuju kelas untuk bertanya kepada Lila. Sesmpainya di kelas IV, mereka tiba-tiba dihampiri Lila yang wajahnya panik.
“Ada apa, Lil?” Tanya Filla.
 
“Gawat. Pianikaku di ruang musik berbunyi sendiri.” Jelasnya dengan wajah panik. Pianika Lila memang mahal harganya. Tuts-nya berlapiskan perak dan emas. Mungkin hingga jutaan rupiah. Papanya membelikan pianika itu saat ada tugas ke luar kota. Keluarga Lila memang kaya raya. Pantas saja dia tidak rela pianika itu dimainkan oleh seorang hantu.
“Kalau begitu, mari pergi ke ruang musik. Kita lihat apa yang terjadi di sana sekarang.” Ajak Kila yang tiba-tiba muncul. Tanpa dikomando, semuanya segera menuju ruang musik.
Sesampainya disana, mereka melihat pianika itu dimainkan oleh sesosok wanita berambut panjang dan berbaju putih. Saat wanita itu menoleh ke Filla dan teman-temannya, mereka melihat wajah wanita itu yang sangat pucat dan menyeramkan. Dia berjalan menuju Filla dan teman-temannya. Semakin dekat…. Semakin dekat….. semakin dekat…., dan….
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa!”
“Sedang apa kalian disini teriak-teriak?!” seru Pak Ilham, penjaga sekolah.
“T-t-tadi a-a-a-ada h-h-h-hantu…………….!”jawab mereka terbata-bata sambil menunjuk ke sudut ruangan. Hantu itu sudah pergi!
“Mana? Disini mana mungkin ada hantu. Imajinasi kalian saja. Sudah, sudah! Keluar!” kata Pak Ilham galak.
Mereka segera keluar cepat-cepat. Takut Pak Ilham akan memarahi lagi. Sambil jalan ke kelas, Lila menggerutu panjang lebar, “Huh …. Padahal tadi bener-bener ada. Pak Ilham yang tidak percaya.”
“Sudahlah. Aku tahu siapa dibalik misteri ini. Ayo, ikut aku.” Kata Filla.
Mereka diajak Filla ke ruang musik lagi. Tentunya, setelah Pak Ilham pergi. Disana tampak Rika dan Lunna sedang berbincang-bincang sambil tertawa terbahak-bahak. Di tangan Rika, terdapat pianika milik Lila. Filla dan teman-temannya mengintip dari balik pintu. Mereka menguping apa pembicaraan mereka.
“Rika, akhirnya kita mendapatkan pianika antik ini. Ha…ha…ha…” kata Lunna.
“Benar, Lun. Kita akan memberi pelajaran kepada Lila, si Sombong itu. Ha…ha…ha…” tawa Rika.
“Kita akan jadi terkenal di sekolah ini. Sukurin tu, Filla sama yang lain kena marah Pak Ilham yang super galak. Sama hantu bohongan aja takut. Sampai teriak-teriak gak jelas gitu.” Kata Lunna.
“Betul itu.” Sahut Rika. Mereka tertawa sekali lagi.
“Berhenti kalian! Kalian yang menakut-nakuti Lila tentang pianika itu, ya? Kurang ajar!” bentak Filla sambil meremas-remas tangannya.
“Dan satu lagi. Aku tidak sombong. Aku hanya ingin kalian semua dapat memainkan pianika. Asal setelah itu dibersihkan. Aku sudah menyediakannya untuk umum di ruang musik ini.” Tambah Lila.
“Kalian jaga mereka. Aku akan panggil Bu Laina. Bu Laina pasti akan menghukum kalian.” Perintah Anggita.
Wajah Rika dan Lunna pucat pasi. Mereka tidak bisa mengelak lagi saat Bu Laina datang. Pianika itu akhirnya kembali ke Lila. Sementara, Rika dan Lunna mendapat hukuman membersihkan satu sekolah.
“Capek, deh!” keluh Rika dan Lunna.
Lalu siapa hantu yang memainkan pianika itu? Usut punya usut, ternyata itu Mbak Lika kelas enam yang bekerja sama dengan Rika dan Lunna untuk mendapatkan pianika Lila. Dia juga dihukum bersama Rika dan Lunna. Kasihan…. Deh lu……
“Terima kasih, Filla dan semuanya. Kalian telah membantuku. Tapi, darimana Filla tahu kalau mereka yang melakukan semua ini?” tanya Lila.
“Sama-sama. Oh, tadi aku melihat hantu itu membuka kostumnya dan muncul Rika dan Lunna sesaat sebelum kita pergi. Tapi, Pak Ilham sendiri tidak menyadarinya.” Jelas Filla.
Oh.. begitu…………..” (Faza)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan

1. Kalau mau berkomentar, jangan pakai kata-kata kasar, ya...
2. Boleh chat di kotak komentar, ya...

Tolong komentari blogku, ya... Aku tunggu...

Salam: Aza